Monday, February 9, 2009

Kesehatan Gigi

To: xpbi@yahoogroups.com
From: "Widargo, Inggriani" View Contact Details Add Mobile Alert
Yahoo! DomainKeys has confirmed that this message was sent by yahoogroups.com. Learn more
Date: Mon, 20 Mar 2006 22:20:25 -0800
Subject: [XPBI] Kesehatan Gigi
Berkaca Pada Kasus Leysus
oleh Ahmad Syaify

PELAWAK kondang Leysus yang memiliki nama asli Winarso, meninggal dunia
awal Januari lalu di usia relatif muda, 43 tahun. Kematiannya bukan saja
meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan dunia lawak Indonesia,
tetapi juga menyisakan tanda tanya mengenai penyebab kematiannya.
Mula-mula ia dikabarkan sakit gigi biasa. Ditambalkan malah bengkak.
Dibawa lagi ke dokter gigi, disarankan minum obat. Rasa sakit agak reda
sebentar, tetapi bengkaknya semakin besar. Karena sudah kumat-kumatan,
keluarga tidak terlalu cemas dengan sakit gigi Leysus.
Sampai kemudian muncul gejala aneh: tiba-tiba Leysus merasakan lunglai
pada sebelah kaki dan tangannya.Bicaranya cedal. Ia terkena gejala
stroke.
Kepada beberapa media infotainment dan media cetak,keluarga Leysus
menuturkan bahwa semua itu berawal dari sakit gigi. Hal tersebut
diperkuat oleh pernyataan seorang dokter yang merawat Leysus, bahwa
pelawak asal Malang ini mengidap kanker otak yang sudah menyebar
(metastase),dipicu oleh giginya yang terinfeksi.
Tentu saja kasus kematian Leysus yang berawal dari tambalan gigi,
menimbulkan kekhawatiran pada sebagian masyarakat. Benarkah infeksi
gigi bisa menyebar ke organ-organ vital tubuh? Benarkah stroke dapat
bersumber dari gigi yang bermasalah? Bagaimana duduk perkaranya?

Teori focal infeksi
Jawaban atas pertanyaan di atas, bisa dirunut dari teori focal infeksi
yang banyak mendapat perhatian selama abad 19 dan awal abad 20. Teori
ini menyebutkan bahwa infeksi dirongga mulut bertanggungjawab atas
inisiasi dan progresi berbagai penyakit inflamasi seperti radang sendi,
tukak lambung, dan radang usus buntu.
Kemajuan dalam klasifikasi dan identifikasi kuman bakteri rongga mulut
dan bidang imunologi, semakin meyakinkan adanya peran penting infeksi
gigi terhadap berbagai penyakit sistemik seperti penyakit jantung dan
pembuluh darah, penyakit paru, penyakit gula, stroke, kanker, dsb Juga
menjadi semakin jelas bahwa gigi dan rongga mulut dapat menjadi tempat
asal bagi desiminasi mikroorganisme penyebab penyakit ke bagian tubuh
lain.
Sejumlah studi epidemiologis mengusulkan bahwa infeksi rongga mulut,
khususnya radang gusi (gingivitis) dan jaringan pendukung
gigi(periodontitis) merupakan suatu faktor risiko bagi penyakit
sistemik.
Jumlah bakteri di rongga mulut mencapai ratusan juta. Xiajing Li
dkk(2000) mencatat lebih dari 1011 bakteri dalam setiap miligram plak
gigi.Plak adalah semacam lendir yang senantiasa menempel pada permukaan
gigi.
Memang tidak semua bakteri rongga mulut membahayakan. Sebagian besar
justru dibutuhkan sebagai flora normal mulut. Bakteri yang potensial
menimbulkan penyakit gigi, dan banyak pula dijumpai pada penyakit
sistemik yaitu golongan bakteri anaerob gram negatif. Antara lain, P.
Gingivalis, B. Intermedius, dan A. Actinomycetemcommitans.
Bakteri-bakteri ini dominan pada radang gusi dan radang sekitar ujung
akar gigi sampai terjadi bengkak bernanah abses) seperti dialami
almarhum Leysus.

Penyebaran lewat darah

Bakteri rongga mulut dapat menyebar melalui aliran darah, disebut
bakteriemia. Yang menyebar bisa bakteri itu sendiri maupun racun yang
dihasilkannya (endotoxin/exotoxin).
Beberapa penelitian mengenai bakteriemia ini layak disimak. Bakteriemia
diamati pada 100% pasien setelah cabut gigi, 70% setelah pembersihan
karang gigi, pada 55% setelah pembedahan gigi geraham bungsu, 20%
setelah perawatan akar gigi, dan 55% setelah operasi amandel.
Penelitian melibatkan 735 anak-anak yang menjalani perawatan gigi
busuk, menemukan 9% anak-anak mengalami bakteriemia. Penelitian lain
menunjukkan penyebaran bakteri setelah perawatan akar gigi. Dan, kurang
dari 1 menit setelah prosedur rongga mulut, kuman dari gigi yang
terinfeksi telah mencapai jantung, paru, dan sistem kapiler darah tepi.
Pada kondisi kesehatan mulut normal, hanya sejumlah kecil bakteri
fakultatif dan tidak membahayakan masuk ke dalam aliran darah.
Namun,pada kondisi kebersihan mulut jelek, jumlah bakteri pada permukaan
gigi meningkat 2 - 10 kali lipat. Sehingga peluang terjadinya
bakteriemia juga lebih besar.
Kecuali lewat bakteriemia, adanya rangkaian reaksi imunologis yang
dipicu oleh infeksi di rongga mulut, merupakan penjelasan lain mengapa
problem gigi dapat merambat ke penyakit-penyakit serius sampai berujung
kematian seperti almarhum Leysus.
Gigi dan gusi sebetulnya tidak melekat erat, melainkan ada celah
sekitar 1-2 mm disebut kantung gusi (sulcus gingiva). Daerah inilah yang
paling rentan terjadi infeksi bakteri dan peradangan, sehingga timbul
penyakit periodontal. Tanda-tandanya; gusi memerah, bengkak, mudah
berdarah, mungkin disertai kegoyahan gigi.
Grossi dan Genco (1998) mengemukakan 17 macam penyakit sistemik yang
berhubungan langsung dengan penyakit periodontal, termasuk penyakit
gula, jantung, kanker dan stroke. Beberapa penelitian retrospektif
membuktikan, pasien penyakit jantung, stroke, DM, umumnya kebersihan
mulutnya lebih jelek dibanding pasien normal. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan, bahwa gigi dan mulut bisa menjadi pemicu dan memperparah
berbagai penyakit sistemik. Menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat
penting bukan saja untuk mencegah penyakit oral, melainkan juga untuk
memelihara kesehatan umum yang baik.
Kematian pelawak kondang Leysus, hendaknya menjadi cermin bagi kita
semua supaya lebih care dalam 'menjaga mulut' dan seisinya. q - s

*) Drg. Ahmad Syaify, Sp Perio , Dosen FKG UGM dan mahasiswa S3
Pascasarjana UGM.

No comments: