Wednesday, December 17, 2008

MEMILIH SUSU BAYI

MEMILIH SUSU BAYI
Selain mememperhatikan usia, dalam memilih susu formula yang tepat juga perlu diperhatikan apakah bayi Anda bermasalah atau tidak. Tentunya, apa saja kandungan gizi pada susu formula tersebut perlu Anda ketahui.


Memilih susu formula untuk bayi, tampaknya tak semudah yang dibayangkan. Apalagi sekarang begitu banyak produk susu formula yang ditawarkan, dari yang biasa sampai berlabel mengandung zat gizi tambahan yang penting untuk bayi.

Sayangnya, kebanyakan dari kita tak paham dengan istilah-istilah zat gizi yang terdapat dalam susu formula tersebut. Itulah mengapa, banyak ibu yang akhirnya jadi bingung, harus memilih susu formula seperti apa yang tepat untuk sang buah hati tercinta.

Nah, agar Ibu dan Bapak tak salah pilih, mari kita simak bahasan ahlinya berikut ini.

SESUAIKAN USIA

"Tentunya yang pertama-tama harus diperhatikan adalah usia si bayi," kata Mohamad Harli. Sebagaimana diketahui, susu formula dibagi dalam 2 golongan usia, yaitu untuk bayi usia 0-6 bulan yang umumnya disebut susu formula awal dan untuk bayi usia 6-12 bulan atau susu formula lanjutan. "Perbedaan ini disebabkan pencernaan bayi usia 6 bulan ke bawah belum sempurna". Lain hal dengan bayi usia 6 bulan ke atas, "umumnya sudah mulai lebih baik." Bukankah bayi usia ini juga sudah mulai diberi makanan tambahan? Jadi, kandungan gizi dalam susu formulanya pun disesuaikan kemampuan pencernaan bayi usia ini.

Disamping itu, lanjut Harli, "kebutuhan zat gizi untuk bayi usia 6 bulan ke bawah tak sama dengan bayi usia di atas 6 bulan," terangnya. Perbedaan paling jelas terdapat pada kalori. "Untuk bayi usia di bawah 6 bulan, kalori yang dibutuhkan per harinya sebesar 560 Kkl. Sedangkan bayi usia di atas 6 bulan membutuhkan 800 Kkl per harinya." Soalnya, energi bayi usia 6 bulan ke atas sudah lebih banyak karena pertumbuhan usia dan berat badannya bertambah. Jadi, kalori yang dibutuhkan juga lebih banyak.

Dalam bahasa lain, kandungan gizi pada susu formula, baik yang awal atau lanjutan, selalu disesuaikan dengan usia dan kemampuan pencernaan bayi, serta kebutuhan gizi setiap pertambahan usianya. Bahkan, juga dengan berat dan tinggi badan bayi. Tentunya, yang dijadikan patokan adalah ukuran untuk bayi normal.

ADA 3 JENIS

Susu formula juga dibedakan berdasarkan tingkat alergi bayi terhadap susu. Dalam kaitan ini, ada 3 jenis susu formula, yaitu susu formula biasa, susu kedelai dan susu elemental.

Jika bayi Ibu-Bapak dapat menerima susu formula dengan merek apa saja yang sesuai usianya, berarti ia tak alergi. Jadi, ia bisa mengkonsumsi susu formula biasa yang terbuat dari susu sapi dan sudah difortifikasi (ditambah) dengan bermacam-macam zat gizi.

Lain hal jika bayi Ibu-Bapak tak cocok mengkonsumsi susu formula biasa, biasanya dokter akan menganjurkan agar si bayi diberi susu yang terbuat dari kacang kedelai. Pasalnya, terang Harli, "bayi-bayi ini memiliki pencernaan yang sangat peka terhadap lemak dalam susu sapi."

Tapi jika bayi Ibu-Bapak bermasalah dengan susu sapi maupun susu kedelai, maka alternatif lainnya adalah susu elemental atau susu formula hidrolisa kasein. "Susu elemental merupakan susu formula yang kandungan lemaknya diperkecil namun zat gizi lainnya diperbanyak," terang Sarjana Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga dari IPB ini lebih lanjut.

Nah, untuk mengetahui bayi Ibu-Bapak bermasalah atau tidak dengan susu formula biasa, menurut Harli, tak sulit, kok. Antara lain, bayi senang mengkonsuminya dan enggak mencret atau sering menangis karena sakit perut. "Kalau enggak cocok, biasanya bayi tak mau mengkonsumsinya dan setelah dicoba beberapa kali akan timbul masalah seperti mencret-mencret," tuturnya.

MENDEKATI ASI

Mengenai kandungan gizi susu formula, tentunya yang terbaik adalah mendekati ASI. "Susu formula itu, kan, disebut juga sebagai susu pengganti ASI," ujar Harli. Tapi jangan salah, lanjutnya, bukan berarti susu formula lantas bisa disamakan dengan ASI. "Bagaimanapun, tak ada susu formula yang bisa menyamai ASI," tandasnya. Jadi, Bu, ASI tetap merupakan makanan yang paling baik untuk bayi karena semua zat gizi yang dibutuhkan terkandung di dalamnya.

Sekalipun susu formula tersebut mengandung tambahan zat gizi tertentu, misalnya, DHA, menurut Harli, tetap tak bisa menyamai ASI. "Asam lemak esensial seperti DHA maupun asam linoleat atau Omega-6 hanya sebagai tambahan saja karena sebenarnya, tanpa ditambah DHA dan Omega-6 pun, zat gizi sudah terpenuhi," terangnya. Jadi, jangan "termakan" oleh iklan, ya, Bu.

Dengan kata lain, semua zat gizi yang terdapat pada semua jenis susu formula sudah memenuhi standar kecukupan gizi yang diperlukan bayi. Takaran masing-masing zat gizi pun sudah mendekati kandungan zat gizi ASI. "Jadi, tak ada yang harus lebih diutamakan," tandasnya. Justru kalau mengutamakan salah satu, misalnya, protein atau lemak saja,akan menganggu keseimbangan zat gizi lainnya.

Bagaimana, Bu-Pak? Apakah masih bingung untuk menentukan susu formula yang tepat bagi sang buah hati? Tentunya, supaya lebih aman ada baiknya bila Ibu-Bapak lebih dulu berkonsultasi pada dokter atau ahli gizi anak. Terlebih lagi jika bayi Ibu-Bapak memiliki alergi pada jenis susu tertentu.

KOMPONEN ZAT GIZI YANG PERLU DIPERHATIKAN

Ada sejumlah komponen zat gizi yang perlu Ibu-Bapak perhatikan sebelum membeli sebuah produk susu formula. Sebagaimana dituturkan Harli, di bawah ini adalah komponen zat gizi yang dimaksud.

.

1. Energi

Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi atau tenaga.

2. Protein

Zat gizi ini diperlukan untuk berbagai proses pertumbuhan. Asam amino adalah unsur yang menyusun protein, sedangkan asam amino ensensial merupakan unsur asam amino yang harus dipasok dari luar karena tubuh tak bisa mengolahnya.

3. Lemak

Merupakan sumber energi dan penghasil asam lemak yang diperlukan untuk proses biokimia dalam sel. Dalam susu formula bila ada asam lemak esensial linolenat (Omega-3) dan linoleat (Omega-6) lebih baik karena diperlukan untuk mensuplai kebutuhan pertumbuhan sel-sel otak.

4. Vitamin dan Mineral

Berfungsi sebagai zat pengatur berbagai proses biokimia yang berlangsung dalam setiap sel dan jaringan tubuh.

Vitamin-vitamin yang harus diperhatikan ialah:

* Vitamin B-komplek, terdiri dari:

B1 (tiamin), berfungsi untuk membantu pengolahan energi. Kekurangan vitamin ini dapat mengakibatkan penyakit beri-beri.

B2 (riboflavin), berfungsi dalam proses pengolahan energi dari protein dan mensuplai nukleotida (unsur yang diperlukan dalam beberapa proses sel-sel tubuh). Kekurangan vitamin ini bisa membuat kulit bersisik, timbul koreng-koreng di sekitar mulut, hidung dan gangguan kulit lainnya.

B5 (asam pantotenat), berperan membatu proses pengolahan energi. Kekurangan asam pantotenat ditandai pusing kepala, sulit tidur (insomnia), kejang-kejang dan mual-mual.

B6 (pyridoksin), berfungsi dalam proses perubahan protein menjadi asam amino dan neurotransmitter (senyawa yang diperlukan sel-sel otak). Kekurangan vitamin ini mengakibatkan nafsu makan berkurang, kehilangan berat badan, muntah-muntah, dan diare, serta anemia.

B12 (sianokobalamin), antara lain membantu proses pengolahan sel-sel darah merah. Kekurangan viamin ini dapat menyebabkan anemia (kurang darah).

Niasin (nikotinamida), berfungsi untuk proses pengolahan energi menurunkan kadar kolesterol darah. Kekurangan niasin akan menimbulkan penyakit kulit yang disebut pellagra dan dermatitis, diare dan dimensia (gangguan daya ingat).

Asam folat (folic acid), berfungsi mencegah anemia megaloblastik (sel darah membesar tapi rawan pecah atau rusak). Tanda kekurangannya adalah hilang nafsu makan, berat badan turun, pelupa bahkan bisa pingsan.

Biotin, berfungsi membantu pembentukan asam lemak, asam amino, dan purin. Kekurangan biotin bisa berakibat dermatitis, kulit gatal, rambut mudah rontok.

* Vitamin C, membantu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan sebagai penawar racun atau antioksidan. Kekurangan vitamin C menyebabkan mulut mudah sariawan dan badan mudah sakit-sakitan.

* Vitamin A, berfungsi mengatur pertumbuhan tulang dan gigi serta penglihatan. Kurang vitamin A berakibat menggangu pertumbuhan tulang, penglihatan dan kecerdasan. Di Indonesia masih terdapat masalah kurang vitamin A pada balita. Makanya, setiap bulan Februari dan Agustus dijadikan bulan pemberian Vitamin A kepada selurih balita di posyandu.

* Vitamin D, berfungsi membantu proses pertumbuhan tulang. Kurang vitamin D akan mengganggu pertumbuhan tulang. Namun tak perlu khawatir karena vitamin D juga dapat diperoleh dengan berjemur pada waktu pagi sebelum pukul 09.00.

* Vitamin E, diperlukan dalam sistem pertahanan tubuh untuk melindungi sel-sel dari serangan senyawa beracun dan proses reproduksi. Kurang vitamin E bisa mengakibatkan kulit cepat keriput atau menua dan terganggunya sel-sel reproduksi.

* Vitamin K, diperlukan dalam pembekuan darah dan pembentukan tulang. Kurang vitamin K berakibat tulang cepat rapuh dan kalau luka darah lebih lama membeku.

Sedangkan mineral-mineral yang perlu diperhatikan ialah:

* Kalsium dan fosfor, diperlukan untuk pembentukan dan pertumbuhan tulang. Kekurangan mineral ini, pertumbuhan tulang terganggu dan pada saat tua akan mudah terkena osteoporosis atau tulang jadi rapuh.

* Yodium (I), diperlukan untuk perkembangan otak dan kelenjar tiroid. Kekurangan yodium berakibat anak menjadi kretin, IQ rendah, terhambat perkembangan mentalnya atau idiot. Di Indonesia, gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) masih merupakan masalah gizi utama yang banyak terjadi di daerah pengunungan. Untuk menanggulanginya pemerintah menggalakan upaya pencegahan dengan program yodisadi garam seperti yang diiklankan di TV.

* Fe (zat besi), diperlukan untuk pembentukan sel darah merah dan pengolahan energi serta sel-sel otak; merupakan salah satu mineral yang sangat penting karena dapat mencegah terjadinya anemia pada bayi. Anemia masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia terutama pada balita, kaum wanita dan kelompok usia produktif. Kepada ibu hamil menyusui biasanya diberikan tablet tambah darah. Sementara pada anak yang menyusu ASI tak dianjurkan mendapat tablet besi karena sudah cukup mendapatkannya dari ASI.

* Zn (seng), diperlukan untuk pertumbuhan badan dan organ reproduksi serta meningkatkan daya tahan tubuh. Kekurangan seng pada balita akan menghambat pertumbuhan, kecerdasan dan terhambatnya perkembangan organ reproduksi atau alat kelamin.

* Selenium, diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan senyawa beracun. Kekurangan selenium pada bayi membuatnya mudah sakit-sakitan dan mengganggu pertumbuhan badannya.

* Flour (F), diperlukan untuk pembentukan tulang dan gigi. Penting untuk bayi yang sedang tumbuh.

Nah, jika semua zat gizi di atas telah tercantum pada label susu formula berarti telah terpenuhi kebutuhan dasar untuk proses tumbuh kembang bayi. Jadi, Bu-Pak, bila ada zat gizi lain seperti DHA, beta karotene, choline, dan sebagainya dalam susu formula yang dibeli, maka zat gizi tersebut hanya merupakan zat tambahan saja.

ANJURAN KECUKUPAN GIZI HARIAN UNTUK BAYI

Zat Gizi Usia 0-6 Bulan Usia 6-12 Bulan
Energi (kalori/Kkl) 560 800
Protein (gram/g) 12 15
Lemak linolenat (g) 0.5 0,5
linolenat(g) 3.0 3.0
Vitamin
A(RE) 350 350
B6 (mg) 0.3 0.6
B12(mg) 0.1 0,1
C(mg) 30 35
D(mkg) 7.5 10
E(mg) 3.0 4.0
K (mg( 5.0 10
Tiamin(mg) 0.3 0.4
Riboflarin(mg) 0.3 0.5
Niasin(mg) 2.5 3.8
Asam Folat(mkg) 22 32
Mineral
Fe(mg) 3 5
Iodium(mkg) 50 70
Zn(mg) 3 5
Kalsium(mg) 300 500
Fosfor(mg) 200 250
Selenium(mkg) 10 15

Sumber: LIPI 1999, Risalah Widyakarya Pangan dan

Gizi VI

a) Simopoulus, A. 1991 dalam Journal Kesehatan, American Journal Of Clinical Nutrition Vol. 54

KAMUS ISTILAH SATUAN UKURAN YANG DIGUNAKAN

* kkal atau kilo kalori merupakan satuan untuk energi atau tenaga.

* g, singkatan dari gram.

* mg, singkatan dari miligram.

* mkg, singkatan dari mikrogram.

* RE atau Retinol Ekuevalen adalah satuan setara retinol untuk aktivitas Vitamin A.

* IU atau International Unit, yaitu satuan aktivitas zat gizi tertentu untuk keperluan tubuh per hari. Satuan IU bisa diubah ke dalam satuan ukuran gram dengan faktor konversi tertentu yang telah disepakati. Jadi, ada ketentuan ukuran yang disepakati secara internasional.

Faras Handayani



HARUSKAH PILIH SUSU DENGAN KANDUNGAN EKSTRA

Tambahan berupa "zat penyehat" dalam susu formula hanya akan efektif bila bersinergi dengan zat gizi lainnya.


Hari gini , orang tua mana yang tak pernah dengar istilah DHA dan AA? Di pasaran dengan mudah kita jumpai beragam produk susu formula lengkap dengan zat-zat ekstra. Namanya macam-macam, ada susu formula dengan Omega-3 DHA ( docosahexaenoic acid alias asam dokosaheksaenoat), AA/ARA ( arachidonic acid alias asam arakidonat), prebiotik FOS ( fructo-oligo-saccharide ), L-carnitin, laktoferin dan laktulosa, dan lainnya.

Meski tambahan kandungan zat-zat itu didasari serangkaian penelitian, tak heran kalau kemudian muncul pertanyaan, apa benar kehadirannya betul-betul dibutuhkan oleh tubuh anak? Bagaimana dengan susu formula yang tidak mengandung bahan-bahan tadi, benarkah tidak cukup membuat anak kita sehat dan cerdas?

FORTIFIKASI ZAT TAMBAHAN

Bahan dasar susu formula umumnya adalah susu sapi, meski ada pula yang berbahan dasar kedelai. Tanpa tambahan apa pun sebetulnya bahan-bahan dasar ini sudah memiliki kandungan gizi yang tinggi walaupun tetap dengan keterbatasan. Selain itu, ada beberapa zat gizi dan zat penyehatnya yang rentan pemanasan. Oleh karena itulah, kandungan susu formula perlu disesuaikan agar mendekati kecukupan gizi yang dianjurkan bagi bayi dan anak. Caranya dengan menambahkan (fortifikasi) kandungan zat gizi dan zat penyehat esensial tertentu yang belum ada, yang rendah ketersediaannya, atau yang hilang selama proses pengolahan.

Acuan dalam penyusunan komposisi susu formula, selain angka kecukupan gizi, juga komposisi ASI sebagai makanan bayi dan anak hingga umur dua tahun. Dengan begitu, formulasinya dibuat mendekati komposisi ASI, terutama susu formula untuk bayi dan anak hingga usia dua tahun.

Jika kini kita jumpai susu formula dengan kandungan zat penyehat seperti asam folat, DHA/AA dan sebagainya, itu berkat temuan dalam penelitian bidang nutrisi anak. Zat-zat esensial ini sebetulnya terdapat dalam ASI dengan kadar yang cukup.

Oleh para produsen, temuan ini lantas dipakai untuk memperkaya produk susu formulanya dengan menambahkan kandungan zat-zat esensial tersebut. Memang, melalui penelitian yang panjang, beberapa di antaranya telah terbukti memberikan manfaat plus bagi kesehatan bayi dan anak.

TAK HARUS DAN TAK DILARANG

Yang perlu diketahui, kandungan tambahan seperti DHA sebenarnya hanyalah komponen terkecil dari asam lemak. Tubuh anak pada dasarnya bisa membuat sendiri sejauh ia mengonsumsi asam lemak tak jenuh atau asam linolenat dan asam linoleat sebagai prekursornya.

Nah kalau kita mengonsumsi DHA, pasti kecukupan DHA akan terpenuhi. Yang menjadi pertanyaan, betulkah komponen tersebut lebih efektif bila ditambahkan pada susu formula? Apakah komponen "kecil-kecil" tadi wajib dikonsumsi? Kalau tubuh tak membentuk sendiri kandungan tersebut sampai perlu ditambahkan dari luar, bagaimana dengan mereka yang tidak pernah mengonsumsi susu formula seperti ini?

Sampai sejauh ini, memang tak ada keharusan bagi orang tua untuk memberikan susu dengan tambahan zat ekstra tersebut dan juga tak ada larangan karena memang tidak berbahaya. Toh, jika kandungan tersebut tidak digunakan oleh tubuh, maka akan terbuang dengan sendirinya. Apalagi risiko kelebihan ini kecil kemungkinannya terjadi karena kadarnya sudah diperhitungkan. Lain hal kalau kandungan tersebut dikonsumsi dalam bentuk suplemen misalnya, risiko kelebihan bisa saja terjadi.

Yang perlu dimengerti, kandungan tambahan ini hanya akan efektif berfungsi bila bersinergi dengan zat gizi lainnya. Misalnya kandungan AA-DHA akan berfungsi baik bila bersinergi dengan zat besi dalam pembentukan otak. Jadi yang terpenting dari susu tetaplah zat gizi utamanya, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Jika kebutuhan dasar gizi sudah tercukupi, maka zat ekstra ini baru akan terasa manfaatnya.

Sebaliknya jika kandungan dasar gizinya saja tak tercukupi, bagaimana tubuh dapat memanfaatkan komponen tambahan tersebut untuk dimetabolisme? Dengan kata lain, susu formula tanpa kandungan tambahan di luar zat gizi utama sudah sangat baik. Tinggal bagaimana orang tua menyikapinya dan menentukan pilihan.

KENALI KANDUNGAN TAMBAHAN PADA SUSU FORMULA

Berikut beberapa kandungan tambahan yang ada dalam beragam produk susu formula:

1. AA (Asam Arakidonat) - DHA (Dokosaheksaenoat)

Merupakan komponen dari asam lemak esensial yang terdapat di otak. Komponen ini merupakan asam lemak rantai panjang atau istilahnya LCPUFA ( Long Chain Polyunsaturated Fatty Acids ).

Manfaat :

Untuk tumbuh kembang otak. Penting bagi perkembangan saraf di otak, terutama pembentukan jaringan lemak otak ( mylenisasi ) dan interkoneksi antarsaraf di otak. Selain untuk perkembangan organ penglihatan yang optimal dan pertumbuhan jaringan tubuh serta prostaglandin. Kekurangan AA dan DHA akan berimbas pada perkembangan fungsi mental dan intelektualnya.

2. Karoten

Terdapat dalam jaringan dan cairan tubuh manusia termasuk ASI.

Manfaat :

Untuk meningkatkan kekebalan tubuh, memelihara sel-sel sehat dan melindungi bahaya kumulatif radikal bebas.

3. Selenium

Merupakan salah satu unsur mineral.

Manfaat :

Mineral yang berfungsi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh sekaligus berfungsi sebagai antioksidan

4. Sphingomyelin

Sejenis fosfolifid yang terdapat pada ASI yang merupakan komponen utama dalam proses pembentukan selubung myelin otak.

Manfaat :

Selubung myelin ini berperan penting dalam mempercepat rangsangan dari satu sel saraf ke sel saraf lain.

5. Nukleotida

Senyawa dimana asam nukleat diuraikan pada hidrolisa, terdiri dari basa nitrogen, gula dan golongan fosfat.

Manfaat :

Meningkatkan sintesa LCFUFA, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan hifidobakteria di usus, menurunkan kejadian diare dan membantu absorpsi zat besi.

6. Laktoferin

Protein yang umum terdapat dalam susu.

Manfaat :

Suatu glikoprotein yang berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan bakteri berbahaya dengan mengikat zat besi yang dibutuhkan bakteri tersebut sebagai sumber makanan.

7. Laktulosa

Yaitu prebiotik yang membantu meningkatkan pertumbuhan bifidobakteria atau bakteri menguntungkan.

Manfaat :

Membantu kesehatan sistem pencernaan dan memperbaiki penyerapan zat gizi. Selain menghasilkan vitamin-vitamin yang berguna bagi tubuh dan zat asam yang mampu membunuh bakteri jahat.

8. Asam Linoleat (Omega 6) dan asam Linolenat (Omega 3)

Adalah prekursor AA dan DHA dan merupakan bagan dari asam lemak.

Manfaat :

DHA bisa disintesa di dalam tubuh bila ada asam linoleat dan asam linolenat yang langsung masuk ke tubuh kemudian dimetabolisme sehingga menjadi DHA. Fungsi Omega 3 lainnya adalah membuat lentur pembuluh darah, menghindari terjadinya vlak atau sumbatan pada pembuluh darah. Kecenderungan ini terjadi pada penderita penyakit jantung koroner dan pembuluh darah.

9. FOS ( Fructo Oligo Saccharide )

Salah satu bahan yang bisa menjadikan atau membentuk flora usus yang baik. Umumnya berasal dari gula buah-buahan.

Manfaat :

Berfungsi untuk membantu meningkatkan flora usus, menekan perkembangan bakteri patogen dan meningkatkan daya tahan tubuh.

10. Zat besi

Salah satu mineral yang dibutuhkan tubuh.

Manfaat :

Merupakan salah satu mineral yang berfungsi untuk pembentukkan sel darah merah. Selain berperan dalam mylenisasi otak dan peningkatan daya konsentrasi.

11. Probiotik

Probiotik yaitu mikroorganisme atau bakteri seperti lactobasiles untuk mendesak bakteri patogen.

Manfaat :

Membuat kondisi usus lebih sehat, hingga proses pencernaan berjalan baik.

13. Prebiotik

Adalah serat makanan golongan karbohidrat yang dapat menstimulir pertumbuhan bakteri probiotik, terutama bifidobakteria dan laktobasilus yang bermanfaat. ASI juga mengandung berbagai macam karbohidrat dalam bentuk oligosakarida yang tak dapat diserap usus halus tapi baik untuk pertumbuhan koloni bifidobakteria di usus besar bayi.

Manfaat :

Bisa mencegah sembelit.

Dedeh Kurniasih. Ilustrator: Pugoeh

Narasumber: Nurfi Afriansyah, SKM, Msc. , Ahli Gizi dan Peneliti Promosi Gizi Kesmas dan Dr. Mien Karmini Mahmud, MS. , Ahli Gizi dan Peneliti Pangan, keduanya dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Depkes, Bogor

No comments: